Pages

Friday, March 11, 2016

Ibu, aku rindu.

Ibu, aku rindu.
Bu.. apa kabarmu? sudah keringkah luka jahit di ketiak kirimu?
maafkan tak berkirim surat ku padamu, 
maafkan jika nada bicaraku begitu tinggi padamu...

Bu.. aku rindu..

Lihatlah air hujan siang ini,.. di tiap tetes nya tergambar wajahmu bu,..
Andai mampuku selancar lidahku bercerita pada mu diwaktu dulu.
ibu, inginku putar kembali waktu, kembali ke sisimu seperti dulu..
saat semua berat namun terasa ringan...
ibu, bahkan airmatakupun kini kuharamkan menetes didepanmu.
ibu, aku rindu.
ibu, air mataku berjelaga kini bu, tetesannya sudah bukan lagi darah bu, tapi nanah.
ya bu, airmataku berjelaga..meski senyum manis warisanmu mampu menyembunyikannya dari pandangan dunia, bu.
ibu, jalan ini setapak berliku, berduri, berkabut kelam..tapak kakiku bernanah melaluinya bu..
sudah kucoba berdiri kokoh bu, seperti gagahnya pohon kelapa dibelakang rumah kita...
tapi tetap, kaki ku lelah sebelum waktunya bu,....
ibu, aku rindu..
tak ada seorangpun yang begitu memahamiku sepertimu.
ibu, yakinku hanya cintamu yang memahamiku, satu satunya didunia ini.
semoga jarak ini tak mendurhakanku padamu,..
ibu. amak. Aku rindu....
*DI serambi istana ketirisanku, sembari menanti hujan reda*

10 Maret 2016

Sunday, April 21, 2013

Friday, March 22, 2013

doon to be ended

hmm..dear bloggers,
gak kerasa sdh hampir kelar tugas mengajar tahun ini,...4 hari lagi ujian sekolah,.setelah itu tinggal satu session lagi. session finale intensive class,..setekah itu, free of class,..sampai new acadekic year..
 can't wait to see the days...,
hehehrgehrheee




Saturday, February 16, 2013

Orkestra Hujan 2

Malam ini...
seperti biasa hujan menari di atas atap
seng apartment nan gelap

malam ini pula, seperti malam - malam yang lalu......
ku nikmati indah setiap alunan nada symphoni nya.....
tik tik tik....

datar..........

kadang berubah nadanya
menuruti hempasan angin nan mengencang menghempas..

hmm....

Orkestra hujan,..begitu aku tetap setia memanggilnya
seperti dia yang masih setia menemani malam-malamku
dan memberi sejuk di siangku..kala jiwaku tersesak panasnya ciuman sang surya nan terik.....

Orkestra hujan,....
selamat malam..
tetaplah nyanyikan nada-nada merdu yang melantunkanku ke alam mimpi...

orkestra malam,
lagu hujan nan gemericik...
symphony keindahan karya sang maestro Alam

Friday, December 28, 2012

Muhasabah Akhir tahun

Hei, it's December 28th,..
Hmm, tak terasa ya, just beberapa puluh jam menuju tahun yang baru...
2013..

hayo refleksi, sudah seperti apakah tahun ini sayang?
indah? suram? galau? happy? Sedih? menyebalkan? flat? atau amazing?....

Sudahlah,.
mungkin sudah banyak tangis tertumpah,
atau telah terlalu pula tawa berlebih melimpah ruah..

atau,,,.
jika kau merasa tahun ini biasa saja,



tahun 2012 pada akhirnya harus berlalu...
karena adeknya sdh siap nongol beberapa hari kedepan.

Evaluasi ya..
bahasa agamanya, MUHASABAH ya...

sudah sebermanfaat apakah kamu ditahun ini?
sudah seberapa beruntungkah kamu jika dibanding tahun yang lalu (2011)?
sudah seberapa langkahkah kamu maju? melangkah dan berlari?
atau sudah sekuat apakah kamu bertahan dalam pedih, meski kamu mesti merayap dalam tertatih...

Muhasabah juga..
apakah kamu sudah dekat dengan sang penciptamu di tahun ini?
apakah kamu sudah mencintainya dalam laku lebih dari kamu mencintai dunia?
Atau jangan-jangan, dalam tak sadarmu kamu malah lebih mencintai musuh-musuhNYA? Musuh-musuh TUHANMU?

Dan..ini juga tak kalah pentingnya,,
Tata kembali hatimu, dan bersiaplah dengan usaha untuk tahun yang baru..

Usaha pembuktian pada dirimu sendiri,
pembuktian pada semua yang sayang atau benci padamu...

pembuktian bahwa kamu bisa membuat mereka yang meyayangimu semakin sayang dan tersenyum bahagia untukmu,
Pembuktian bahwa kamu bisa membalik opini yang membencimu menjadi kekaguman tersurat yang selama ini dengan sekuat tenaga mereka samarkan dibalik tirai kebenciannya padamu...
Pembuktian BAHWA KAMU BISA JADI SOSOK YANG LEBIH BAIK, LEBIH KUAT, DAN LEBIH POSITIF....

itu saja sayang..
muhasabah akhir tahun ini,
semoga kita sepakat, bahwa kita akan berusaha sekuat tenaga menjadi sosok yang lebih baik ditahun depan,
menjadi sosok yang lebih beruntung.
Karena yang beruntung itu adalah yang hidupnya, akhlaknya, dan upayanya, lebih baik..


Saturday, October 20, 2012

Kesungguhan Sang Putra

Kesungguhan Sang Putra

(kisah, dimuat di Islamedia)


“Ya Allah..
Tlg lancarknlah sgala urusan ku..

Sm0ga slama 4 tahun aku kuliah ,, aku dapat melaksanakan sgala tata tertib nya dengan baik ya Allah ..
Amiiinn ...”

“Perjalanan panjang ..”
“Jadwal pagi ni.
Bangun pagi,
Siap" Tahajudan, Sholat Shubuh, Brangkt Ospek”
“Perjuangan demi Kesuksesan dimasa depan ..
Amiin.”

“SEBI is The Best !!!”

“SEBI is School Of Islamic Economics ..”

“Allahu Akbar !!!
Tegakkanlah Islam !!!”

Itulah kata-kata yang ditulis di akun Facebook-nya. Beberapa hari terakhir ini aku sengaja mengikuti. Sepertinya curahan hati yang dalam, penuh makna, menunjukkan suasana kesungguhan. Akupun yang membacanya seakan terbawa emosi, seakan ikut larut pada suasana hatinya. Sebab selama ini aku tahu persis, kondisi seorang Nurahman Saputra (Putra).

Ia anak muda seperti kebanyakan, setelah lulus SMU ingin melanjutkan ke jenjang kuliah. Tetapi tidak dengan perjuangan untuk kebutuhan biaya sekolahnya. Terutama Ibunya, yang hanya seorang Janda dengan dua anak laki-lakinya. Ditinggalkan tanpa dinafkahi oleh Suaminya, ketika Putra masih berumur sekitar 5 tahun. Sejak itu pula Ibunya harus bekerja, membanting tulang sendirian, untuk keperluan hidup dan membesarkan kedua anaknya.

Ibunya terhitung masih saudara dengan istriku, karena ia sepupuan dengan Almarhum Bapak istriku. Tinggal mengontrak di dekat rumah. Ruangan dengan dua petak itu, seakan menjadi tempat terindah bagi mereka bertiga, menjadi tempat berteduh, bercengkerama, bahkan menemani tidur malam mereka, setelah masing-masing lelah menjalani kesehariannya.

Ibunya hampir tiap hari meninggalkan rumah, berkeliling dari rumah ke rumah, dari Saudara ke Saudara, bahkan kadang harus menginap karena jauhnya perjalanan. Untuk menawarkan jasa refleksi atau rias kecantikannya. Pijat refleksi, urut, lulur, atau potong rambut adalah keahliannya. Alhamdulillah… masih ada skill, sehingga ada penghasilan. Walaupun kadang-kadang tidak cukup untuk keperluan makan, uang kontrakan, atau biaya sekolah kedua anaknya. Belum lagi kalau penyakit asmanya kambuh, badannya menjadi lemas, lunglai, tak berdaya maka Ibunya hanya bisa berdiam di rumah.

Untungnya kedua anaknya tidaklah manja. Putra misalnya, Ia pun mempunyai keahlian yang sama dengan Ibunya, yaitu pijat refleksi. Untuk menambah uang saku Ia sering menawarkan jasa refleksinya. Termasuk ke aku, Ia sering memijat refleksi. Aku tahu…, ketika Ia mengirim SMS ke HP Istri aku atau ke aku menawarkan refleksinya, artinya ia sedang ada perlu biaya lebih. Baik untuk keperluan sekolah lainnya, atau ongkos naik angkot ke sekolah. Atau untuk membeli pulsa, dari HP yang ia peroleh dari hasil membantu pekerjaan di rumah Saudara yang lain, selama liburan sekolah. Disaat anak sekolah yang lain menghabiskan liburannya untuk bermain. Putra memilih bekerja, apa saja yang bisa dikerjakan, maka tak segan Ia lakukan, pekerjaan rumah tangga sekalipun.

Adiknya Putra juga demikian, Fery, kelas 2 SMK, ke sekolah naik sepeda. Untuk menghemat ongkos katanya. Karena sekolahnya siang, maka setiap pagi Ia membantu-bantu dulu di rumahku. Entah itu menjemur, mencuci motor, membersihkan tanaman, atau menyapu. Ia cukup senang punya uang dari hasil keringatnya sendiri. Atau kadang-kadang Fery ikut menemani anak-anakku bermain, ketika istriku juga sedang ada keperluan keluar rumah. Dari uangnya itu, Fery juga memelihara ayam kampung. Yang sekarang sudah beranak-pinak cukup banyak.

Awalnya setelah lulus SMK tahun ini, Putra bertekad bulat untuk bekerja. Membantu perekonomian keluarganya, mencari tambahan uang, karena memang Ibunya juga sudah berumur, badannya sudah tidak cukup kuat lagi bekerja. Putra banyak mencari informasi lowongan pekerjaan. Tidak sedikit lamaran pekerjaan Ia kirimkan. Pernah interview walaupun cukup jauh tempatnya, ia jalani. Sayang keberuntungan belum berpihak, sehingga tidak lolos diterima untuk bekerja.

Disela-sela memijat refleksi, aku menawarkan untuk kuliah beasiswa di SEBI. Kebetulan ada seorang ikhwan disana yang aku kenal, menawarkan program bea siswa dari salah satu Bank Pemerintah, untuk bersekolah di kampus ini. Syaratnya adalah cukup ada rekomendasi dari kader, dan tentunya dengan syarat akademik lainnya. Semula Putra tidak mau, ia tetap ingin bekerja. Tetapi setelah aku yakinkan tentang perlunya ‘orang yang berpendidikan itu lebih mulia’ maka ia mau mencoba ikut ujian seleksinya.

“Untuk biaya ujiannya… Mas bantu deh…” Demikian aku menyemangati Putra untuk ikut mencoba ujian seleksi.

Setelah melihat syarat-syaratnya di Internet, Putra bersungguh-sungguhnya untuk mencoba, termasuk sering bertanya tentang soal-soal yang nantinya kira-kira akan diujikan. Karena tahap ujiannya cukup banyak. Psikotes, ujian tulis, tes baca qur’an, dan terakhir wawancara. Untuk sementara beberapa panggilan interview ia tinggalkan, karena memilih fokus untuk ikut ujian.

Ujian psikotes lulus, berikutnya ujian tulis. Pada saat ini, aku sempat menghubungi rekan ikhwan yang ada di kampus itu. Rekanku mengatakan… Alhamdulillah, nilainya tinggi, ia lolos. Berita ini aku sampaikan ke Istri, lalu istri menyampaikan ke Ibunya, dia langsung bersujud syukur. Tetapi aku berpesan, supaya jangan diberitahukan dulu ke Putra, karena pengumuman resminya baru hari besoknya. Ibunya menangis gembira…

Tinggal menunuggu tes terakhir yaitu wawancara. Wawancara ini untuk menentukan besarnya beasiswa, sebab tidak semuanya memperoleh beasiswa 100%, ada yang 75%, atau 50%, tergantung nanti dari hasil tes wawancara dengan pihak user.
Ada pemberitahuan ke Putra, wawancara dengan salah satu Durektur Bank Pemerintah penyedia beasiswa tersebut. Hatinya berdegub kencang. Tidak menyangka harus berhadapan dengan seorang Direktur Bank. Sesuatu yang belum pernah dialami sebelumnya, maka membuat hatinya berdegub kencang.

Hari-hari menunggu wawancara, Putra sering main ke rumahku. Aku berpesan, bahwa saat wawancara nanti, usahakan tenang, rileks, jujur, dan apa adanya saja. Ungkapkan juga bahwa, kalau Putra tidak dapat beasiswa yang 100%, maka Ia memilih bekerja saja. Sebab, Ibunya juga mewanti-wanti tidak akan sanggup menanggung sisa biaya kuliahnya, kalau tidak ditanggung 100%.

Hasil wawancara, Putra lolos untuk yang memperoleh beasiswa 100%. Ia termasuk dari 40 orang yang dapat beasiswa penuh. Maka…, dengan rasa syukur Ia menyambut kenikmatan itu. Dan sejak itu Ia bertekad ingin menjadi orang yang berpendidikan, yang ingin membahagiakan Ibunya.

Dan terakhir, sebelum mengikuti ospek di kampusnya kemarin. Putra mengirim SMS ke HP istri saya, mohon izin, restu dari Istri dan Aku untuk mulai kuliah besoknya. Karena program kuliahnya yang mengharuskan menginap di asrama kampus, maka lama nanti tidak bertemu dengan kami. Termasuk, karena juga harus mengelola keuangan di salah satu masjid yang ada disekitar kampus. Dan dari mengelola keuangan masjid itu, maka mendapat uang saku setiap bulannya.

Akupun memberi komentar di salah satu status di Facebook-nya…
“Bersungguh2lah Putra, Mas turut berdo’a… “

Dan dijawab oleh Putra,
“Terima kasih Mas, atas smua kebaikannya…”


Jakarta, 20 September 2011
Abu Fathi

COPAS dari Sumber yang bermanfaat :   http://halik-amin.blogspot.com/2012/03/kesungguhan-sang-putra.html